Pensiunan jenderal militer Israel, Itzhak Brik, mengkritik Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan bawahannya karena tak becus memimpin perang di Jalur Gaza, Palestina.
Dalam sebuah artikel yang diterbitkan Maariv, Brik menulis Netanyahu, Menteri Pertahanan Yoav Gallant, serta Kepala Staf Herzi Halevi mesti mengundurkan diri “dan dikirim ke penjara.”
Pasalnya, taktik perang tentara Israel saat ini asal-asalan dan tak punya tujuan jelas. Ia menilai hal ini berbeda dengan strategi perang militer yang sukses dilakukan pada masanya.
“Setiap hari, tentara kita terbunuh ketika mereka memasuki rumah-rumah yang terkepung tanpa disiplin operasional, tanpa prosedur dasar, tanpa ilmu, tanpa kontrol dan pemantauan dari komandan senior, dan tanpa melakukan latihan dasar sebelum memasuki gedung, seperti menembakkan tank atau peluru artileri dan mengirim pesawat, tanpa drone atau anjing polisi untuk memeriksa gedung, ” ujar Brik seperti dikutip Middle East Monitor (MEMO).
Brik mengatakan tentara pendudukan Israel mestinya tidak menyerang Hamas seperti itu. Israel harusnya menyerang dengan “gaya gerilya” dan menghindari pertempuran tatap muka.
“[Itu karena Hamas bertempur dengan] memasang perangkap, meledakkan bangunan, meluncurkan roket, dan bersembunyi di bukaan terowongan, sehingga menyebabkan kerugian besar bagi tentara Israel,” kata dia.
Karena taktik yang tak beraturan ini, jumlah tentara dan perwira Israel yang tewas sejak awal perang pun terus bertambah. Saat ini ada 650 prajurit yang tewas, dengan 298 di antaranya meninggal dunia sejak serangan darat diluncurkan akhir Oktober lalu.
Sejak agresi Israel diluncurkan Oktober lalu, Brik telah mengkritik kepemimpinan militer dan politik di Israel. Ia menilai Netanyahu dan militer gagal dalam memimpin perang.
Padahal, para prajurit kembali ke wilayah-wilayah yang pernah ia duduki saat masih berada di militer.
“Sudah lama sejak pasukan kami kembali dan berulang kali menyerang tempat-tempat yang telah kami duduki di Jalur Gaza. Kurangnya kekuatan tidak memungkinkan kami untuk tinggal lama di Gaza, dan dalam setiap serangan kami membayar harga yang sangat mahal dalam hal kematian dan cedera,” katanya.