Pejabat senior Hamas Khalil Al-Hayya menyalahkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu atas kematian enam sandera Hamas di Jalur Gaza, Palestina.
Menurut Al-Hayya, para sandera kemungkinan masih hidup saat ini jika saja Israel tidak melancarkan
“Orang-orang ini dan yang lainnya bisa saja pulang ke pelukan keluarga mereka hidup-hidup dalam kesepakatan pertukaran sandera,” kata Al-Hayya dalam wawancara dengan Al Jazeera.
“Netanyahu dan pemerintah ekstremisnya adalah alasan mereka kehilangan nyawa,” lanjut dia.
Al-Hayya menuturkan para sandera ini tewas akibat “serangan Israel” yang juga menewaskan “mereka yang duduk, menjaga, dan tinggal bersama mereka.”
Meski begitu, ia tidak memberikan bukti mengenai klaimnya tersebut.
Dalam wawancara itu, Al-Hayya juga mengatakan Netanyahu tampaknya tidak peduli dengan para sandera karena lebih memilih mempertahankan keberadaan militer di koridor Philadelphi alih-alih menyetujui kesepakatan pertukaran sandera.
Koridor yang membatasi antara Mesir dan Jalur Gaza Palestina ini memang menjadi fokus utama Negeri Zionis dalam pembahasan gencatan senjata baru-baru ini.
Pembahasan soal kehadiran militer di perbatasan Mesir-Gaza sebelumnya tak pernah disinggung. Oleh sebab itu, Hamas berupaya mendorong kembali agar Israel menyetujui draf gencatan senjata yang disodorkan Presiden Amerika Serikat Joe Biden pada Mei lalu.
Tudingan Hamas mengenai kematian enam sandera ini dilontarkan setelah militer Israel sebelumnya menuduh kelompok milisi Palestina itu membunuh para sandera beberapa saat sebelum pasukan menemukan mereka.
Kementerian Kesehatan Israel menyatakan enam sandera tewas akibat tembakan jarak pendek sekitar 48-72 jam sebelum diautopsi.
Kematian enam sandera ini pun sontak membuat geger masyarakat Israel hingga warga berdemo mendesak pemerintah segera membebaskan sandera lainnya yang masih ditawan Hamas.