Welcome
Invasi Balik Ukraina ke Rusia Coreng Muka Putin yang 'Tak Terkalahkan'

Invasi Balik Ukraina ke Rusia Coreng Muka Putin yang ‘Tak Terkalahkan’

Langkah pasukan Ukraina melakukan invasi balik ke beberapa wilayah perbatasan Rusia, disebut menghancurkan citra Presiden Vladimir Putin yang selama ini dianggap tak terkalahkan.

Nick Walsh, menyebut langkah berani Ukraina ini menjadi pengingat tentang betapa rapuhnya Rusia sebenarnya, di bawah pemerintahan Putin.

Dua bulan lalu saat pasukan Rusia menyerbu wilayah Kharkiv Ukraina, pemerintah Kyiv mengamati perbatasannya karena khawatir di mana lagi Rusia mungkin akan menemukan kelemahan mereka.

Namun kejelian Ukraina melihat peta, akhirnya membuat mereka juga menemukan kerentanan Rusia dan mengubah taktik Moskow.

Awal “invasi balik” Ukraina ke Rusia ini terjadi kala pasukan Kyiv yang dilengkapi kendaraan lapis baja, artileri, dan drone, menyerbu wilayah Kursk pada 6 Agustus lalu.

Kini setelah lebih dari sepekan, keputusan Kyiv untuk mengirim ribuan pasukannya ke wilayah Kursk itu membuahkan hasil nyata.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengklaim pasukannya telah menguasai lebih dari 1.000 kilometer persegi wilayah perbatasan tersebut.

“Serangan kilat Ukraina adalah contoh lain dari ketangkasan dan mobilitas pasukan mereka dalam peperangan, dibandingkan preferensi Moskow untuk melakukan serangan yang lambat dan berlangsung selama berbulan-bulan,” kata Walsh, dikutip CNN.

Menurut dia, peristiwa “invasi balik” ini kian menyingkap jurang antara kedok tangguh yang selama ini digambarkan Kremlin, dengan kenyataan pemerintahannya yang rapuh.

Walsh menyebut kurangnya transparansi dalam manajemen perang Rusia, di mana kesalahan dan masalah cenderung disembunyikan alih-alih ditangani secara langsung, semakin menguntungkan Ukraina.

Kini yang jadi pertanyaan adalah bagaimana nasib akhir serangan dari Ukraina di Rusia; apakah mereka berniat mempertahankan wilayah yang sangat kecil sekalipun atau berniat terus “mengamuk” di wilayah yang tidak dijaga pasukan Moskow.

Meski demikian, Walsh mengatakan, yang pasti serangan ini tak diragukan lagi membuat Putin murka.

“Betapa bergunanya [serangan] ini untuk membawa perdamaian lebih dekat,” kata Presiden Ukraina Zelensky.

“Rusia harus dipaksa berdamai, jika Putin ingin terus berperang dengan sangat buruk,” imbuhnya.

Hal ini karena Kyiv menyadari tak bisa melakukan perundingan tanpa campur tangan kuat, karena gaya negosiasi Kremlin yang “menipu” membuktikan bahwa negara Putin itu hanya mengulur waktu, kecuali mereka benar-benar membutuhkan sesuatu dari lawan bicara.

Namun terlepas dari seberapa efisien serangan Ukraina, Rusia untuk kedua kalinya telah dipermalukan selama invasinya ke Ukraina.

Sebelumnya analis militer dan mantan pilot pesawat tempur, Sean Bell, mengatakan invasi juga bisa memengaruhi dinamika perang.

Bell mengatakan serangan Ukraina memaksa Rusia menarik pasukan dari garis depan, tempat mereka maju ke Donetsk dan menempatkan mereka di Kursk.

Dengan demikian, penarikan pasukan Rusia bisa mengurangi tekanan dari garis depan untuk Ukraina.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *