Zahr dan sembilan orang kerabat Haniyeh lainnya meninggal dunia dalam serangan Israel terhadap sebuah rumah di kamp Shati, Gaza City.
Pihak Hamas mengatakan bahwa 10 orang tewas dalam serangan di Shati, termasuk saudara perempuan pemimpin Hamas. Media yang berafiliasi dengan Hamas di Gaza juga memastikan sepuluh korban itu adalah anggota keluarga Haniyeh.
Pada April lalu, tiga anak laki-laki Hamas dan empat cucunya juga tewas dalam serangan Israel. Sementara itu pada November 2023 lalu, cucu perempuan Haniyeh tewas pada minggu-minggu awal agresi Israel atas Gaza.
Selain itu pada awal 2024 ini, saudara perempuan Haniyeh yang tinggal di Israel ditangkap karena dicurigai melakukan kontak dengan agen kelompok teror dan mendukung aksi teror.
“Para teroris terlibat dalam banyak perencanaan teror terhadap Israel, dan beberapa di antaranya terlibat dalam penyanderaan dan berpartisipasi dalam pembantaian pada 7 Oktober,” demikian pernyataan IDF, dikutip dari Times of Israel.
Akhir pekan lalu dalam sebuah wawancara, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan perang akan terus berlanjut untuk membawa pulang sandera dari Gaza dan untuk menghancurkan Hamas.
Netanyahu juga mengatakan pasukan akan dikerahkan untuk “tujuan pertahanan” ke perbatasan utara dengan Lebanon, yang tengah panas akibat saling serang dengan milisi Hizbullah.
Hingga kini pembicaraan gencatan senjata Israel-Hamas belum menemukan kata sepakat, terutama karena Hamas menuntut penghentian perang secara permanen dan penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza.
Sementara itu agresi Israel di Palestina juga terus berlanjut bahkan kian brutal, di mana korban sipil telah mencapai lebih dari 37 ribu jiwa yang didominasi kelompok rentan seperti perempuan dan anak-anak.